Tanggung Jawab dan Tujuan Audit

 Tujuan Pelaksanaan Audit Atas Laporan Keuangan


Adalah perlu untuk lebih dahulu memahami tujuan audit dan pendekatan auditor dalam pengumpulan bukti.


PSA 02 (SA 110) menyatakan : Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.


 


Alasan satu – satunya dari auditor untuk mengumpulkan bahan bukti adalah agar dia dapat menarik kesimpulan mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan agar dia dapat mengeluarkan laporan audit yang tepat.


Apabila berdasarkan bahan bukti yang cukup, auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak akan menyesatkan pemakai yang membaca secara seksama, dia akan memberikan pendapat audit mengenai kewajaran penyajian dan pengaitan namanya dengan laporan. Jika kenyataan yang terjadi setelah pernyataan itu diterbitkan ternyata menunjukkan laporan tidak disajikan secara wajar, auditor mungkin harus membuktikan kepada pengadilan atau badan lain yang berwenang bahwa dia telah melaksanakan audit dengan cara yang seharusnya dia lakukan dan mengambil kesimpulan yang pantas. Sekalipun auditor bukanlah penjamin dari kewajaran laporan, dia wajib menyampaikan kepada pemakai apakah laporan telah disajikn secara tepat atau tidak. Jika auditor berpendapat bahwa laporan itu tidak disajikan secara wajar atau jika dia tidak dapat mengambil kesimpulan karena tidak cukup bahan bukti atau adanya situasi tertentu yang menghambatnya, auditor wajib memberitahukan kepada para pemakai melalui laporan audit.

Tanggung Jawab Manajemen


Tanggung jawab untuk menentukan kebijakan akuntansi yang sehat, menjalankan sistem pengendalian intern yang baik, dan membuat penyajian yang wajar dalam laporan keuangan terletak pada pihak manajemen perusahaan dan bukan pada auditor.


Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan sekaligus sekaligus juga membawa manajemen pada kedudukan untuk menentukan pengungkapan yang diperlukan. Sekalipun manajemen bertanggung jawab atas penyiapan laporan keuangan dan catatan kaki yang menyertainya, auditor boleh juga mempersiapkan suatu draft untuk klien atau memberikan saran – saran yang diperlukan. Jika manajemen tetap berkeinginan untuk mengungkapkan suatu laporan keuangan yang oleh auditor dianggap tidak wajar, auditor dapat mengeluarkan pendapat tidak wajar atau pendapat wajar dengan pengecualian atau bisa juga menarik diri dari penugasan.


 


Tanggung Jawab Auditor


PSA 32 (SA 316) mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan. Selanjutnya, audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional dalam semua aspek penugasan. Misalnya, auditor tidak boleh menganggap bahwa manajemen tidak jujur, tetapi kemungkinan tersebut harus dipertimbangkan.


Konsep keyakinan memadai menunjukkan bahwa auditor bukan seorang penjamin kebenaran laporan keuangan. Jika auditor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua asersi di dalam laporan keuangan adalah benar, persyaratan untuk mendapatkan bahan bukti dan biaya pelaksanaan audit akan naik sampai tingkat dimana audit tersebut secara ekonomis tidak layak. Pembelaan terbaik bagi auditor bila salah saji yang material tidak terungkap di dalam audit adalah bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum.

Salah saji dibedakan dalam dua jenis yaitu :


kekeliruan (errors), adalah salah saji yang tidak disengaja, contoh kekeliruan dalam mengalikan harga dengan kuantitas pada faktur penjualan dan mengabaikan bahan mentah lama dalam menentukan harga pokok atau harga pasar mana yang terendah untuk persediaan.  

ketidakberesan (irregularities), adalah salah saji yang disengaja. Ketidakberesan, ada perbedaan antara pencurian aktiva, yang sering disebut sebagai pengelapan atau kecurangan pegawai, dan pelaporan keuangan yang menyesatkan, yang sering disebut sebagai kecurangan manajemen.

Contoh pencurian aktiva adalah karyawan mengambil uang tunai pada waktu terjadi penjualan dan tidak memasukkan penjualan tersebut di dalam register kas.


Contoh pelaporan keuangan yang dipalsukan adalah lebih saji yang disengaja dari penjualan sebelum tanggal neraca untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.


 


Kecurangan oleh manajemen pada dasarnya sulit diungkapkan karena : (1) ada kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggotaa manajemen mengabaikan pengendalian intern, dan (2) adanya usaha manajemen untuk menyembunyikan salah saji tersebut.


Audit tidak dapat diharapkan untuk memberikan tingkat keyakinan yang sama dalam pendeteksian kecurangan manajemen yang material seperti dalam pendeteksian kekeliruan yang material. Upaya penyembunyian dilakukan oleh manajemen, membuat kecurangan lebih sulit ditemukan auditor. Meskipun demikian, auditor mempunyai tanggung jawab besar untuk menemukan kecurangan manajemen yang material.

Dalam profesi audit telah ditegaskan bahwa auditor mempunyai tanggungjawab yang lebih sedikit atas penemuan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan dibandingkan dengan kekeliruan. Jika auditor bertanggungjawab untuk membongkar semua penipuan karyawan, pengujian audit harus banyak diperluas, karena banyak jenis kecurangan pegawai sangat sulit untuk dideteksi. Misalnya, jika terjadi kecurangan yang melibatkan persengkongkolan beberapa orang karyawan yang menyangkut pemalsuan dokumen, penipuan semacam itu cenderung tidak terungkap dalam audit yang normal.


 


Unsur Pelanggaran Hukum Oleh klien


Unsur pelanggaran hukum didefinisikan dalam PSA 31 (SA 317) sebagai pelanggaran hukum atau peraturan perundang-undangan selain ketidakberesan. Dua contoh tindakan melanggar hukum adalah pelanggaran terhadap undang – undang pajak dan pelanggaran terhadap undang – undang lingkungan hidup.


 


Unsur Pelanggaran Hukum Berdampak Langsung. Beberapa hukum dan peraturan mempunyai dampak keuangan langsung terhadap saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Misalnya, penyimpangan terhadap undang- undang pajak penghasilan secara langsung mempengaruhi beban pajak penghasilan dan hutang pajak penghasilan. Tanggungjawab auditor menurut PSA 31 terhadap unsur pelanggaran hukum berdampak langsung ini sama dengan tanggungjawabnya terhadap salah saji dan ketidakberesan. Dengan demikian, auditor biasanya mengevaluasi apakah tersedia bahan bukti yang menunjukkan penyimpangan yang material dari undang – undang pajak penghasilan. Hal ini harus dilakukan melalui diskusi dengan pegawai klien dan pemeriksaan atas Surat Keterangan Pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak.


 


Unsur Pelanggaran Hukum Berdampak Tidak Langsung. Kebanyakan unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung terhadap laporan keuangan. Misalnya, jika perusahaan melanggar Undang – Undang Lingkungan Hidup, akan berdampak terhadap laporan keuangan hanya jika ada sanksi atau tuntutan. Ini disebut unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung.

Standar audit secara tegas mengatakan bahwa auditor menjamin bahwa tindakan – tindakan melanggar hukum berdampak tidak langsung akan dapat dapat ditemukan.


Ada tiga tingkat pertanggungjawaban yang dimiliki auditor dalam menemukan dan melaporkan tindakan melanggarn hukum.


pengumpulan bahan bukti jika tidak ada alasan yang dapat dipercaya tentang terjadinya unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung.

pengumpulan bahan bukti dan tindakan – tindakan lain apabila ada alasan yang dapat dipercaya tentang terjadinya unsur pelanggaran hukum berdampak tidak langsung.

tindakan pada saat auditor mengetahui terjadi unsur pelanggaran hukum.

 


Siklus Laporan Keuangan


Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen atau komponen yang lebih kecil. Pembagian ini memudahkan pelaksanaan audit dan membantu pembagian tugas kepada para anggota tim audit. Contoh, kebanyakan auditor memperlakukan aktiva tetap dan wesel bayar sebagai segmen yang berlainan. Setiap segmen diaudit secara terpisah, tetapi tidak seluruhnya berdiri sendiri (sebagai contoh, audit atas aktiva tetap mungkin saja menunjukkan suatu wesel bayar yang belum dicatat). Setelah audit atas setipa segmen itu diselesaikan, termasuk melihat hubungannya dengan segmen lainnya, hasilnya dapat digabungkan. Maka kemudian, suatu kesimpulan tentang laporan keuangan keseluruhan dapat ditarik.


 


Pendekatan Siklus Dalam Segmentasi Audit


Cara lebih umum dalam segmentasi audit adalah menempatkan jenis – jenis transaksi dan saldo akun yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya dalam segmen yang sama. Cara ini disebut dengan pendeketan siklus, sebagai contoh, transaksi penjualan, retur penjualan, dan penerimaan kas serta saldo piutang usaha semuanya merupakan bagian dari siklus penjualan dan penerimaan kas.

Menetapkan Tujuan Audit


Auditor melakukan audit sesuasi dengan pendekatan siklus dengan melaksanakan pengujian audit atas transaksi yang membentuk saldo akhir dan juga melaksanakan pengujian audit atas saldo akun itu sendiri.


Gambar dibawah ini mengilustrasikan konsep penting ini dengan menunjukkan empat golongan transaksi yang menentukan saldo akhir piutang usaha.


Anggaplah bahwa saldo awal Rp 192.000 telah diaudit tahun lalu dan anggap andal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Standar Auditing dan Etika Profesi

AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDOT PROSEDURE, DAN AUDIT TEKNIK